Bagikan
Smart farming atau pertanian pintar adalah konsep manajemen bercocok tanam yang mengandalkan bantuan teknologi canggih seperti data besar (big data), penyimpanan cloud, dan internet of things (IoT). Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), konsep ini bisa menjadi salah satu pemecahan masalah lahan pertanian Indonesia yang semakin berkurang. Lalu seperti apakah konsep pertanian pintar ini? Yuk, simak ulasannya dalam kelanjutan artikel ini dan cari tahu contoh-contoh penerapannya yang sudah ada di Indonesia!
Apa yang Dimaksud dengan Smart Farming?
Melansir dari laman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (Faperta UMSU), smart farming merupakan konsep pertanian berbasis teknologi digital dan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam proses produksi tanaman dan peternakan.
Ketiga tujuan di atas dapat tercapai berkat bantuan berbagai teknologi canggih (seperti big data, IoT, sensor, dan robotika) yang mengumpulkan dan mengelola data pertanian secara konstan. Pasokan data dalam bentuk digital tersebut-lah yang nantinya akan membantu para petani untuk memantau dan memprakirakan kondisi tanaman, mengoptimalkan penggunaan sumber daya (seperti air, pupuk, dan pestisida), serta memperbaiki kinerja produksi pertanian secara keseluruhan.
Jika disimpulkan, smart farming adalah sistem pertanian terintegrasi dan berbasis teknologi digital yang diciptakan untuk memperbaiki proses produksi serta meminimalkan dampak negatif produksi terhadap lingkungan.
Contoh Aplikasi Smart Farming di Indonesia
Drone�
Hingga saat ini, sebagian besar implementasi pertanian pintar di Indonesia itu berbentuk drone, yaitu pesawat tanpa awak yang dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui remote control dan dapat juga dilengkapi dengan kamera. Kendati demikian, drone untuk pertanian ini memiliki beragam jenis sesuai fungsinya, seperti:
Drone untuk pemantauan kesehatan tanaman. Drone jenis ini dilengkapi dengan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) atau peralatan pencitraan khusus yang menggunakan informasi warna terperinci untuk menunjukkan tingkat kesehatan tanaman. Menurut laman Faperta UMSU, teknologi canggih ini dapat memudahkan petani untuk memantau tanaman mereka di masa pertumbuhan, sehingga para petani dapat menyelamatkan tanaman sakit atau rusak dengan lebih cepat.
Drone untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida. Alih-alih kamera, drone jenis ini dilengkapi dengan alat folliar application (pemupukan lewat daun) yang akan membantu petani untuk menyemprotkan pupuk atau cairan pestisida lewat udara. Alat pertanian pintar ini dapat membantu petani untuk mempercepat proses pemupukan dan pengaplikasian pestisida di seluruh area lahan cukup dengan remote control dari jarak jauh. Selain itu, drone seperti ini juga akan memudahkan petani untuk melakukan pemupukan dan penyemprotan pestisida di lahan-lahan yang curam atau ekstrem untuk dilakukan langsung oleh manusia.
Drone untuk pemantauan kesehatan tanah. Drone pertanian pintar ada juga yang tersedia untuk kebutuhan pemantauan kesehatan tanah. Drone jenis satu ini dapat memetakan lapangan secara akurat, termasuk menyuplai informasi ketinggian tanah yang sedang mengalami masalah. Informasi tentang ketinggian tanah ini juga berguna untuk menentukan pola drainase dan titik basah/kering untuk menentukan teknik penyiraman tanaman yang lebih efisien.
Sensor tanah dan cuaca
Sensor pertanian pintar yang dipasang di lahan pertanian ini akan membantu petani untuk memantau, mengukur, dan mencatat kondisi tanaman. Adapun data digital yang mampu dihimpun alat ini meliputi kelembapan udara, suhu, kelembapan tanah, pH tanah, kadar air, dan perkieaan waktu panen. Selain itu, alat ini juga dapat memberi peringatan jika terjadi anomali lahan pertanian. Alhasil, petani tidak lagi sibuk repot menebak-nebak kondisi tanah dan perkiraan cuaca di sekitar lahan pertanian.
Demikianlah ulasan mengenai smart farming serta bentuk-bentuk aplikasinya di Indonesia. Konsep serta teknologi canggih ini bukan hanya sekadar akan membantu para petani dalam meningkatkan produktivitas pertanian, namun juga mengatasi masalah kekurangan lahan di Indonesia.�
Kamu yang memiliki latar belakang ilmu tentang teknologi ini tentunya dapat membantu para petani untuk mewujudkan hal tersebut. Atau jika ingin terjun langsung sebagai petani pun, kamu dapat berpartisipasi dalam ketahanan pangan Indonesia.�
Jika kamu memilih untuk menjadi petani, jangan lupa untuk mendaftarkan dirimu sebagai peserta program BPU BPJS Ketenagakerjaan yang akan memberi kamu perlindungan Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKM). Kerja keras jadi bebas cemas!
Baru di-PHK, Lebih Baik Cari Kerja Lagi atau Buka Usaha?
Selasa, 17 Des 2024
Ide Bisnis untuk Kamu yang Hobi Bikin Kerajinan Tangan
Senin, 09 Des 2024
Pindah-pindah Tempat Kerja, Baik atau Buruk?
Senin, 25 Nov 2024
Tips Hidup Hemat untuk Simpan Uang Lebih Banyak
Selasa, 19 Nov 2024